TAREKAT QADIRIYAH
'Jalan' ini diadakan oleh para pengikut Abdul Qadir dari
Gilan, yang lahir di Nif, distrik Gilan, sebelah selatan
Laut Kaspia. Dia meninggal dunia tahun 1166, dan menggunakan
terminologi sangat sederhana yang kemudian hari digunakan
oleh orang-orang Rosicrucia di Eropa.
Hadrat Syeikh Abdul Qadir khususnya dalam pengaruhnya
terhadap keadaan-keadaan spiritual, disebut 'Ilmu
Pengetahuan Keadaan'. Pekerjaannya telah digambarkan dalam
istilah yang berlebih-lebihan oleh para pengikutnya bahwa
laporannya secara pribadi memperlihatkan kemiripan dengan
definisi-definisi yang mereka miliki sendiri tentang
karakter seorang guru Sufi.
Semangat untuk mengerjakan yang berlebihan terhadap
teknik-teknik menggembirakan hampir pasti menjadi sebab
keadaan yang memburuk dari tarekat Qadiriyah. Hal ini
mengikuti suatu pola umum dalam diri para penggikut, apabila
hasil dari suatu kondisi pikiran yang berubah menjadi suatu
tujuan dan bukan suatu cara atau alat yang diawasi oleh
seorang ahli.
Ringkasan berikut termasuk materi pelajaran tradisional
dari disiplin Qadiriyah dan juga beberapa pokok ucapan atau
teguran Abdul Qadir sendiri.
BUNGA MAWAR DARI BAGHDAD
Semua kaum darwis menggunakan bunga mawar (ward) sebagai
suatu lencana dan simbol dari persamaan bunyi (rima) dari
kata wird (latihan konsentrasi-mengingat Allah).
Abdul Qadir, pendiri tarekat Qadiriyah, termasuk dalam
suatu peristiwa yang memberinya julukan Mawar dari Baghdad.
Hal itu dikaitkan bahwa Baghdad telah demikian penuh dengan
para guru kebatinan (mistik), ketika Abdul Qadir tiba di
kota, maka diputuskan untuk mengiriminya sebuah pesan. Kaum
mistik oleh karena itu mengirimkan kepadanya, di pinggiran
kota, sebuah bejana yang diisi penuh dengan air. Maksudnya
sudah jelas: "Cawan Baghdad sudah penuh".
Meski musim kemarau dan di luar musim, Abdul Qadir telah
menghasilkan bunga mawar yang berkembang penuh, yang dia
letakkan di atas air dalam bejana tersebut, menunjukkan
kekuatannya yang luar biasa dan juga bahwa masih ada tempat
bagi dirinya.
Ketika tanda-tanda ini telah dibawa kepada mereka,
kumpulan kaum kebatinan tersebut berteriak, "Abdul Qadir
adalah mawar kami," dan mereka pun cepat-cepat
mengantarkannya ke kota.
ANGGUR
Seseorang telah menanam anggur, dikenal sebagai suatu
jenis baru yang menghasilkan buah anggur yang siap dimakan
hanya setelah berumur tigapuluh tahun.
Demikianlah yang terjadi, dia menanamnya, Sultan
melintas, berhenti dan berkata:
"Engkau seorang yang luar biasa optimis jika engkau
berharap hidup hingga anggur itu berbuah."
"Mungkin tidak akan," jawab orang itu, "tetapi setidaknya
para penggantiku akan hidup mengambil keuntungan dari
pekerjaanku, sebagaimana kami semua mengambil untung dari
kerja para pendahulu kita."
"Kalau begitu," jawab sang Penguasa, "apabila beberapa
pohon anggur telah berbuah, bawa beberapa diantaranya
kepadaku. Itu jika kedua diantara kita telah lolos dari
pedang kematian yang menggantung di atas kita sepanjang
waktu."
Dia pun pergi.
Beberapa tahun kemudian pohon anggur tersebut telah mulai
menghasilkan buah anggur yang lezat. Orang tersebut mengisi
sebuah keranjang besar dengan buah anggur pilihan dan pergi
ke istana.
Sang Sultan menerimanya dan memberinya sebuah hadiah emas
yang banyak.
Kabar pun segera tersiar, "Seorang petani yang tak
berharga telah diberi sejumlah emas yang banyak sebagai
ganti untuk sekeranjang anggur."
Seorang perempuan dungu mendengar hal ini, dengan segera
mengisi sebuah keranjang dengan buah anggur miliknya dan
membawanya sendiri ke penjaga istana, lantas berkata; "Aku
meminta ganjaran yang sama dengan yang telah diterima
laki-laki tadi pagi. Ini buah anggurku. Jika sultan memberi
uang untuk buah-buahan, ini buah-buahan itu."
Kabar tersebut telah sampai kepada sang Sultan, yang
kemudian menjawabnya: "Orang yang berbuat dengan meniru dan
sombong menegaskan kekurangannya akan penyelidikan terhadap
keadaan yang mereka coba untuk menirunya, karenanya usir
dia."
Orang perempuan itu telah mengirim buah anggurnya, tetapi
dia demikian jengkel karena dia tidak bersusah-susah untuk
menanyakan kepada sang 'penumbuh' anggur, apa yang
sesungguhnya terjadi.
SANG GURU DAN ANJING
Seorang guru Sufi, berjalan sepanjang jalan dengan
seorang muridnya, telah diserang oleh seekor anjing yang
galak.
Si murid dengan garang berteriak:
"Betapa berani kau mendekati guruku dalam sikap seperti
itu!"
"Dia lebih berpendirian tetap daripada dirimu," kata sang
Guru, "karena dia menggonggong kepada seseorang, sesuai
dengan kebiasaan dan kesukaannya; sementara engkau
memandangku sebagai gurumu dan sama sekali tidak dapat
merasakan manfaat dari banyaknya penerangan yang telah kita
persiapkan untuk mengarungi perjalanan ini, mengabaikan
mereka tanpa pertimbangan lagi."
DERAJAT (KEBESARAN) DAN SERIGALA
Serigala berpikir bahwa dia telah menyenangkan diri
sendiri dengan baik, ketika dia pada kenyataannya hanya
memakan sisa-sisa dari (makanan) singa.
Aku menyebarkan ilmu pengetahuan yang menghasilkan
'derajat'. Inilah, digunakan untuk diri sendiri, sebab-sebab
bencana. Dia yang menggunakannya hanya akan menjadi
terkenal, bahkan sangat kuat. Dia akan memimpin manusia
menyembah 'derajat', hingga mereka akan nyaris tak dapat
kembali kepada Jalan Sufi.
(Abdul Qadir al Jilani)
BINATANG BUAS, KAMBING DAN ORANG DESA
Suatu kali seekor binatang buas telah tertangkap oleh
penduduk desa. Mereka mengikatnya ke sebuah pohon.
Merenungkan penderitaan yang mereka timpakan atas dirinya;
telah diputuskan untuk menghanyutkan dia ke laut sore itu,
setelah mereka menyelesaikan pekerjaan mereka
sehari-hari.
Tetapi seekor kambing yang tidak begitu pandai, datang
menghampiri dan menanyai binatang buas yang cerdik itu,
mengapa dia diikat seperti itu.
"Ah," kata binatang buas, "beberapa orang telah
meletakkan aku di sini karena aku tidak mau menerima uang
mereka."
"Mengapa mereka ingin memberikannya kepadamu, dan mengapa
engkau tidak menerimanya?" tanya si kambing dengan
bersemangat.
"Karena aku tafakur, dan mereka ingin menyuapku," kata
binatang buas, "mereka manusia tak bertuhan."
Si kambing mempengaruhi bahwa dia akan menggantikan
tempat binatang buas, dan menasihati agar binatang buas
tersebut lari menjauh dari jangkauan orang-orang tak
bertuhan tersebut. Maka mereka pun berganti tempat.
Warga desa kembali setelah senja turun, menutup kepala
kambing dengan karung, mengikatnya, dan menghanyutkannya ke
laut.
Keesokan harinya mereka terkejut melihat binatang buas
memasuki desa dengan sekawanan domba.
"Di laut sana, ruh-ruh dengan baik hati membalas siapa
saja yang terjun ke dalamnya dan 'tenggelam' dalam sikap
demikian," kata binatang buas.
Dalam sekejap, orang berduyun-duyun pergi ke pantai dan
terjun ke laut.
Itulah sebabnya mengapa binatang buas tersebut mengambil
alih desa yang ditinggalkan penduduknya.
DIB-DIB YANG MENGERIKAN
Suatu malam seorang pencuri bermaksud merampok seorang
perempuan tua, merayap di atas jendela yang terbuka
rumahnya. Perempuan tua itu tengah terbaring di atas tempat
tidurnya dan si pencuri mendengar pembicaraannya yang penuh
emosi, dalam suatu kondisi yang sangat asing. Dia
berkata:
"Aaah ... Dib-Dib, Dib-Dib yang mengerikan! Dib-Dib yang
buruk sekali inilah yang akan menjadi akhir dariku."
Sang pencuri berpikir:
"Perempuan malang ini tengah menderita oleh penyakit
menular Dib-Dib yang mengerikan, yang aku belum pernah
dengar sebelumnya!"
Kemudian, sebagaimana ratapan perempuan yang bertambah
keras, sang pencuri mulai berkata kepada dirinya
sendiri:
"Sudahkah aku tertular? Bagaimanapun juga, aku hampir
menangkap nafasnya sebagaimana aku bersandar di sepanjang
jendela ini..."
Semakin banyak dia berpikir mengenai hal itu, maka dia
makin merasa takut bahwa dia telah sungguh-sungguh mengidap
Dib-Dib yang mengerikan. Dalam beberapa saat seluruh anggota
badannya telah gemetar. Dia pun kembali ke rumah, berjalan
terhuyung-huyung kepada istrinya, mengerang dan
merintih.
"Dib-Dib pertanda buruk, Bagaimana bisa menjadi suatu
yang meragukan, bahwa Dib-Dib yang terkutuk telah
mendapatkanku didalam genggamannya "
Istrinya merebahkannya di atas tempat tidur, dengan penuh
perasaan takut. Sesuatu mengerikan apakah yang telah
menyerang suaminya? Dia membayangkan pertama, bahwa dia
tentu telah diserang dari atas oleh sesuatu binatang buas
yang disebut Dib-Dib. Tetapi, sepertinya dia kehilangan
hubungan yang masuk akal dan tetap tidak menemukan
tanda-tanda atasnya, dia mulai takut bahwa hal itu suatu
peristiwa yang terjadi atas campur tangan supranatural.
Orang yang dia tahu paling memenuhi syarat berkait dengan
masalah-masalah serupa itu, sudah tentu orang suci
setempat.
Dia diakui sebagai seorang tokoh agama, ahli hukum,
dikenal sebagai Faqih yang bijak.
Perempuan itu segera pergi ke rumah orang bijak tersebut
dan memintanya agar mau menengok suaminya. Sang Faqih,
berpikir bahwa hal ini mungkin benar-benar menjadi suatu
dasar didalam mana kesucian khususnya dapat dipergunakan,
segera dia pergi ke sisi tempat tidur si pencuri.
Si pencuri, ketika dia melihat orang suci berada di
sisinya, berpikir bahwa akhir (hidup)-nya pasti lebih dekat
daripada rasa takutnya. Mengerahkan segala kekuatannya dia
berkomat-kamit:
"Perempuan tua di ujung jalan, dia memiliki Dib-Dib
terkutuk, dan telah menyambarku. Tolonglah aku, jika Anda
bisa, Faqih yang mulia!"
"Anakku," kata Faqih, meski dia sendiri bingung,
"Pikirkan dirimu sendiri atas penyesalan dan memohon rahmat,
karena saat-saat yang tersisa mungkin benar-benar tinggal
beberapa."
Dia meninggalkan si pencuri dan pergi ke pondok perempuan
tua yang disebutkan. Memandang dengan tajam melalui jendela,
dalam jarak tertentu dia mendengar suara rengekan
sebagaimana ia menggeliat dan merasa ngeri:
"Dib-Dib busuk, kau membunuhku ... Hentikan, hentikan,
Dib-Dib jahat, karena kau menguras darah kehidupanku..."
Dan dia melanjutkan untuk beberapa waktu dalam nada
begitu, kadang terisak-isak dan kadang diam. Faqih sendiri
sekarang mulai merasa seperti jika suatu udara dingin yang
mengerikan melewatinya. Dia mulai gemetar dan tangannya
mencengkeram kusen jendela, giginya gemeretuk.
Mendengar suara sedemikian, orang tua gila itu melompat
dari tempat tidurnya dan menangkap Faqih yang ketakutan
dengan tangannya.
"Apa yang kau kerjakan, laki-laki terhormat dan
terpelajar, di tengah malam, mengintip orang baik-baik
melalui jendela?" seru dia melengking.
"Baik, tetapi perempuan malang," suara si Faqih
terputus-putus. "Aku mendengar engkau berbicara tentang
Dib-Dib yang mengerikan, dan sekarang aku khawatir bahwa hal
itu telah mencengkeram hatiku seperti mencengkeram milikmu,
dan bahwa aku, secara-fisik dan spiritual, lenyap ..."
"Engkau luar biasa bodoh," lengking perempuan tua itu,
"memikirkan bahwa untuk seluruh tahun-tahun tersebut, aku
telah menghormatimu sebagai seorang alim dan bijak. Engkau
mendengar orang berkata 'Dib-Dib' dan kau membayangkan bahwa
hal itu akan membunuhmu! Lihat, nun di sudut sana, dan lihat
apa Dib-Dib yang mengerikan itu sesungguhnya!"
Dan dia menunjuk kepada keran yang airnya menetes, yang
mana sang Faqih segera menyadari bahwa kebocoran tersebut
menimbulkan suara dib-dib-dib ...
Tetapi firasat (dari langit) memiliki daya pegas. Tidak
lama kemudian dia telah merasa dirinya sendiri menjadi baik
secara menakjubkan dan mampu mengatasi persoalan dirinya,
dan segera kembali ke rumah pencuri, karena dia harus
bekerja.
"Pergilah," gerutu si pencuri, "karena engkau telah
meninggalkanku dalam keadaan membutuhkan, dan ketika melihat
dengan wajah demikian tertekan menawarkan sedikit jaminan
rnengenai keadaan masa depanku ... "
Si Faqih menyelanya:
"Orang hina yang tidak tahu terimakasih! Apakah kau pikir
bahwa seorang lelaki yang memiliki kesalehan dan
pengetahuan, akan meninggalkan suatu keadaan serupa ini
tidak terselesaikan? Perhatikan, kemudian cermatilah
kata-kata dan perbuatanku. Dan aku akan memperlihatkan
kepadamu bagaimana aku telah bekerja tak kenal lelah,
berkait dengan mandat dari langit, terhadap keselamatan dan
'penyembuhari'-mu."
Kata 'penyembuhari' dengan segera menjadi pusat perhatian
pencuri dan istrinya atas kemuliaan yang mengesankan dari
orang bijak tersebut.
Dia mengambil air dan mengucapkan kata-kata tertentu
atasnya. Kemudian dia meminta si pencuri untuk tidak pernah
mencuri lagi. Akhirnya, dia memercikkan air yang telah
dipersiapkan di atas kepala pencuri dengan banyak kata-kata
yang terdiri dari banyak suku kata dan sikap tubuh, berakhir
dengan:
"Terbanglah, Dib-Dib yang menjijikkan dan jahanam, ke
tempat asal kau pertama kali datang, jangan pernah kembali
mengganggu orang yang malang ini!"
Si pencuri bangun dan sembuh.
Semenjak hari itu, pencuri tersebut tidak pernah mencuri
lagi. Juga tidak pernah mengatakan kepada orang lain tentang
penyembuhan yang menakjubkan itu, karena kendatipun
demikian, dia tetap tidak menyukai orang bijak tersebut dan
gagasan-gagasannya. Dan si perempuan tua, lazimnya sebuah
gosip, tidak menyebarkan tentang tindakan bodoh si Faqih.
Perempuan tua itu akhirnya bermaksud memetik manfaat secara
baik; barangkali suatu kesempatan yang tepat akan
muncul.
Dan, tentu saja si Faqih... baik, si Faqih tidak
bermaksud menceritakan secara rinci peristiwa tersebut.
Tetapi sebagaimana kebiasaan orang, masing-masing orang yang
terlibat telah bercerita menurut versi mereka
sendiri-sendiri, dalam keyakinan yang sempurna sudah tentu,
kepada orang lain. Dan itulah sebabnya mengapa engkau dapat
mengetahui 'seluruh' cerita tentang perempuan tua, pencuri,
pemuka agama, dan Dib-Dib yang mengerikan.
PENCURI, PEMILIK TOKO DAN HUKUM
Seorang pencuri memasuki sebuah toko. Ketika dia berada
didalam, sebuah bor yang tajam di atas sebuah papan yang
ditinggalkan pemilik toko, menusuk matanya, dan membuatnya
buta.
Si pencuri pergi kepada hakim, berkata: "Hukuman untuk
pencurian adalah penjara, tetapi hukuman untuk suatu
kelalaian yang menyebabkan rusak atau luka sebelah mata
adalah sedapat mungkin ganti rugi."
"Dia telah datang untuk mencuri dariku," kata pemilik
toko membela diri.
"Itu akan ditangani oleh pengadilan yang lain," kata
hakim, "dan tidak berhubungan dengan kita di sini."
"Jika engkau mengambil semua milikku," kata si pencuri,
"keluargaku akan menderita kelaparan sementara aku dalam
penjara. Itu jelas tidak adil terhadap mereka."
"Maka aku akan memerintahkkan untuk mencopot sebelah mata
pemilik toko sebagai pembalasan," kata sang Hakim.
"Tetapi jika kau melakukan itu," kata pemilik toko, "Aku
akan kehilangan lebih banyak daripada si pencuri, dan hal
itu tidak sebanding. Aku seorang ahli permata, dan
kehilangan sebelah mata akan menghancurkan kemampuanku untuk
bekerja."
"Sungguh baik," jawab sang hakim, "karena hukum harus
adil, dan tanpa harus menderita lebih banyak daripada
seharusnya, dan karena seluruh masyarakat bersama-sama
menanggung dalam keuntungan dan kerugian dari beberapa
anggotanya, bawa seorang yang hanya membutuhkan sebelah mata
--seorang pemanah, misalnya -- dan ambil sebelah matanya
yang lain."
Demikianlah yang terjadi.
TOLONG SAHABAT-SAHABATNYA ...
Tolong Sahabat-sahabatnya, apa pun cara berpakaian
mereka! Suatu hari engkau akan mendengar: Aku telah miskin,
dan engkau tidak menolong Aku. Orang-orang yang telah
menolong Sahabat-sahabatku, telah menolong Aku."
Ibnu al-Arif al-Qadiri; (Kutipan dari Hadis
Qudsi)
UPAH DAN PEKERJAAN
Seekor kuda bertemu seekor katak. Si kuda berkata:
"Sampaikan pesan ini kepada seekor ular untukku, dan engkau
dapat memiliki semua berkas-berkas yang mengelilingiku."
Si katak menjawab: "Aku mau upah, tetapi aku tidak dapat
mengatakan bahwa aku dapat menyelesaikan pekerjaan itu."
TANAMAN
Pada pintu masuk rumah Abdul Qadir Gilani (al-Jilani)
suatu hari terlihat setangkai bunga di dalam sebuah pot. Di
bawahnya ada sebuah catatan: "Cium ini dan tebak apakah
ini".
Masing-masing orang yang masuk telah diberi alat tulis
dan telah diminta untuk menulis jawabannya, jika dia mau,
untuk teka-teki kata tersebut.
Di akhir hari itu, Abdul Qadir membawa sebuah kotak
berisi jawaban kepada seorang muridnya. Dia berkata:
"Setiap orang yang telah menjawab 'sekuntum mawar' boleh
tinggal jika dia menginginkan untuk meneruskan pelajaran.
Seseorang yang tidak menulis apa-apa, atau sesuatu yang lain
dari 'sekuntum mawar', dipecat."
Seseorang bertanya, "Apakah tak dapat dihindarkan
menggunakan cara-cara dangkal itu untuk memutuskan kecocokan
bagi hal-hal bersangkutan dengan murid?"
Guru agung menjawab, "Aku tahu jawaban jawaban kalian,
tetapi saya ingin memperlihatkan kepada semua yang lain,
bahwa pernyataan-pernyataan yang dangkal, mengisyaratkan
sifat-sifat batin." Dan dia segera setelah itu membawa
kepada kelompoknya suatu daftar nama-nama dari masing-masing
orang yang telah menulis 'sekuntum mawar'.
Hal ini menggambarkan suatu makna dari ungkapan,
"Kewajaran merupakan mata rantai menuju Kebenaran." Apa yang
telah dilihat Abdul Qadir 'di dalam' dapat diperlihatkan 'ke
luar'. Dengan cara ini, dan untuk alasan ini, adalah suatu
jenis tertentu dari tingkah laku yang diinginkan dari para
muridnya.
PENYEBARAN BERKAH
Abdul Qadir memanggil bersama-sama semua pengikutnya di
Baghdad dan berkata kepada mereka:
"Aku minta engkau tidak pernah melupakan apa yang akan
aku katakan kepadamu sekarang, karena selain itu engkau akan
menjadi sumber dari kesalahan besar. Aku tujukan orang-orang
diantaramu yang akan tetap lebih banyak tidak peduli
daripada orang lain, karena mereka Yang Lebih Tahu dan Para
Pencapai tidak pernah membuat kesalahan yang akan aku
gambarkan sekarang."
"Selama periode Tugas dan Pengulangan (pelajaran
tertentu) banyak orang memperoleh kemampuan mempengaruhi
orang lain dengan suatu pengalaman yang asing. Hal ini
menyebabkan kecemasan, kegembiraan dan banyak
perasaan-perasaan lain, dan mengisyaratkan suatu tahapan
dari kesadaran. Hal itu bisa jadi pandangan dari para guru
agung, atau pengaruh Ilahiah."
"Peran di atas 'hati' yang tidak dipersiapkan,
pengalaman-pengalaman serupa itu dengan segera harus
dihentikan, karena mereka tidak dapat maju kepada hubungan
yang sesungguhnya dengan Ilahi sampai sesuatu yang lain
terpelihara dalam diri murid."
"Pembukaan kemampuan ini sekali ditemukan oleh orang yang
tidak bodoh atau mentah (tidak berpengalaman) menyebar
khususnya diantara orang-orang desa dan orang-orang
sederhana lainnya, sampai mereka memanjakannya secara
teratur, memikirkannya untuk menjadi suatu keadaan yang
sebenarnya. Ini sesungguhnya hanya sebuah tanda atas
sesuatu. Apabila hal itu terjadi, hal itu harus dilaporkan,
dan orang-orang yang mengalaminya hendaknya menjalani suatu
periode yang tepat dari persiapan."
"Kegigihari di dalam praktek di masa lalu menjelaskan
sepenuhnya kemampuan-kemampuan dari para pengikut
orang-orang suci dan para Nabi, semua menipu mempercayai
diri mereka sendiri menjadi penerima berkah. Orang-orang
yang mencapai, berani menghadapi tidak mempengaruhi
pernyataan ini sekali waktu muncul. Orang-orang yang
memanjakannya mungkin tidak pernah Mencapai."
"Ikuti hanya praktek-praktek dari Guru, yang mengetahui
mengapa hal-hal tersebut terjadi dan siapa yang oleh karena
itu harus menyesuaikan untuk mempelajarinya." (media.isnet.org)